‘Indah Tak Terdefinisikan’

kehidupan langit

Entah rasa apa yang kurasakan tadi sore, ba’da asar di Masjid Kampus Universitas Diponegoro. Kajian jalasah ruhiy 3 fakultas PSIK-Psikologi_FKM, kajian ‘akhwat only’. Indah yang kurasakan, rasa rindukah ini atau apa rasa ini yang membuncah, susah kudefinisikan. Kulihat langit dari jendela kaca lantai dua itu, dan wajah-wajah adik-adik yang membuatku sampai kini semangat bertahan.  Indah, ya suasana yang pernah aku rasakan dahulu. Rasa yang sering kurasa saat tadabur semesta alam, rasa yang kuperoleh saat menyepi sendiri, beruzlah, menjauh dari keramaian. Akan tetapi, ini lain kawan kurasakan di tengah keramaian, majelis ilmu di lantai dua sebuah masjid. Atau karena berada di majelis ilmu, malaikat pun mengerumuninya???Subhanalloh, indah….indah sekali di antara keramaian dan kebersamaan diriku masih mengingat-Nya dengan tenang. Menikmati suasana kehidupan. Ketika kutatap langit itu, sungguh aku merasakan terbang menuju kehidupan langit yang penuh misteri, lengang, jauh dari rasa penat dan hiruk pikuk kehidupan dunia yang menggersangkan. Serasa bebas, merdeka lepas, tersenyum lepas, hidup serasa dekat dengan langit kehidupan. Sungguh rasa yang tak terdefinisikan. Rasa yang sama ini pula datang saat kubaca alma’tsurot sore sendirian. Membaca almatsu’rot usang yang sudah 6 tahun lebih aku pegang sejak aku pertama kali membelinya sewaktu SMA, pertama kali mentoring. Rasa yang sama ketika ku bermunajat di sepertiga malam. Rasa yang sama ketika aku ditegur Rabb semesta alam dalam kesedihan, rasa yang sama ketika hujan rintik mulai membasahi bumi yang penuh kekeringan. Subhanalloh, rasa yang indah dan sulit untuk mendifinisikan.

Indah saat melihat bulan bulat melukiskan kesempurnaan alam. Ya,tadi malam terjadi gerhana bulan. Sinarnya cerah menerangi kota Tembalang yang gelap mati lampu di tengah malam, disertai bintang-bintang. Semakin menambah takjub, indah kurasakan.Wajah ibu, bapak dan kakak-kakak sesaat terbayangkan. Rindu….ingin bertemu dalam keadaan bahagia seperti yang kuimpikan. Namun salah satu telah tiada. Mimpi itu terkubur sudah. Dan semoga nanti terjadi pertemuan setelah kematian dengan indah. Rindu sekali berkumpul.

Hmmm…di saat itulah kurasakan kehidupan langit dan bumi bisa dipadukan, dan kurasakan secara sadar. Refleksi hidup yang telah menyia-nyaiakan waktu, lalai akan hidup kini dan rencana masa depan. Amanah yang hanya manusia mau menerimanya pun terlalaikan. Terhalang dan terlena oleh euforia dunia, kesenangan sesaat yang entah kondisi ini kapan berakhir. Hidup hanya sekadar aliran tanpa direncanakan. Astaghfirulloh…beri petunjuk-Mu ya Rabb, hamba sadar…tapi serasa tak ada daya untuk bergerak.

Rasa yang membuncah akan kehidupan langit, ‘indah’…dan sadar akan posisi yang berada di tepian jurang, karena panjang angan dan terlena euforia dunia gemintang.

Astaghfirulloh…

2 thoughts on “‘Indah Tak Terdefinisikan’

Tinggalkan komentar